Sabtu, 12 Mei 2012


saudagar jerami

Bookmark and Share
Dahulu kala, ada seorang pemuda miskin yang bernama
Taro. Ia bekerja untuk ladang orang lain dan tinggal di
lumbung rumah majikannya. Suatu hari, Taro pergi ke kuil
untuk berdoa. "Wahai, Dewa Rahmat! Aku telah bekerja
dengan sungguh-sungguh, tapi kehidupanku tidak
berkercukupan". "Tolonglah aku agar hidup senang". Sejak
saat itu setiap selesai bekerja, Taro
Keesokan harinya ketika keluar dari pintu gerbang kuil,
Taro jatuh terjerembab. Ketika sadar ia sedang
menggenggam sebatang jerami. "Oh, jadi yang dimaksud
Dewa adalah jerami, ya? Apa jerami ini akan mendatangkan
kebahagiaan?", pikir Taro. Walaupun agak kecewa dengan
benda yang didapatkannya Taro lalu berjalan sambil
membawa jerami. Di tengah jalan ia menangkap dan
mengikatkan seekor lalat besar yang terbang dengan
ributnya mengelilingi Taro di jeraminya. Lalat tersebut
terbang berputar-putar pada jerami yang sudah
diikatkan pada sebatang ranting. "Wah menarik ya", ujar
Taro. Saat itu lewat kereta yang diikuti para pengawal.
Di dalam kereta itu, seorang anak sedang duduk sambil
memperhatikan lalat Taro. "Aku ingin mainan itu."
Seorang pengawal datang mengha
mpiri Taro dan meminta mainan itu. "Silakan ambil", ujar Taro. Ibu anak tersebut
memberikan tiga buah jeruk sebagai rasa terima kasihnya kepada Taro.
"Wah, sebatang jerami bisa menjadi tiga buah jeruk", ujar Taro dalam hati. Ketika
meneruskan perjalanannya, terlihat seorang wanita yang sedang beristirahat dan sangat
kehausan. "Maaf, adakah tempat di dekat sini mata air ?", tanya wanita tadi. "Ada di kuil,
tetapi jaraknya masih jauh dari sini, kalau anda haus, ini kuberikan jerukku", kata Taro
sambil memberikan jeruknya kepada wanita itu. "Terima kasih, berkat engkau, aku
menjadi sehat dan segar kembali". Terimalah kain tenun ini sebagai rasa terima kasih
kami, ujar suami wanita itu. Dengan perasaan gembira, Taro berjalan sambil membawa
kain itu. Tak lama kemudian, lewat seorang samurai dengan kudanya. Ketika dekat Taro,
kuda samurai itu terjatuh dan tidak mampu bergerak lagi. "Aduh, padahal kita sedang
terburu-buru." Para pengawal berembuk, apa yang harus dilakukan terhadap kuda itu.
Melihat keadaan itu, Taro menawarkan diri untuk mengurus kuda itu. Sebagai gantinya
Taro memberikan segulung kain tenun yang ia dapatkan kepada para pengawal samurai itu.
Taro mengambil air dari sungai dan segera meminumkannya kepada kuda itu. Kemudian
dengan sangat gembira, Taro membawa kuda yang sudah sehat itu sambil membawa 2
gulung kain yang tersisa.
Ketika hari menjelang malam, Taro pergi ke rumah seorang petani untuk meminta
makanan ternak untuk kuda, dan sebagai gantinya ia
memberikan segulung kain yang dimilikinya. Petani itu
memandangi kain tenun yang indah itu, dan merasa amat
senang. Sebagai ucapan terima kasih petani itu menjamu
Taro makan malam dan mempersilakannya menginap di
rumahnya. Esok harinya, Taro mohon diri kepada petani itu
dan melanjutkan perjalanan dengan menunggang kudanya.
Tiba-tiba di depan sebuah rumah besar, orang-orang tampak sangat sibuk memindahkan
barang-barang. "Kalau ada kuda tentu sangat bermanfaat," pikir Taro. Kemudian taro
masuk ke halaman rumah dan bertanya apakah mereka membutuhkan kuda. Sang pemilik
rumah berkata, "Wah kuda yang bagus. Aku menginginkannya, tetapi aku saat ini tidak
mempunyai uang. Bagaimanan kalau ku ganti dengan sawahku ?". "Baik, uang kalau dipakai
segera habis, tetapi sawah bila digarap akan menghasilkan beras, Silakan kalau mau
ditukar", kata Taro.
"Bijaksana sekali kau anak muda. Bagaimana jika selama aku pergi ke negeri yang jauh, kau
tinggal disini untuk menjaganya ?", Tanya si pemilik rumah. "Baik, Terima kasih Tuan".
Sejak saat itu taro menjaga rumah itu sambil bekerja membersihkan rerumputan dan
menggarap sawah yang didapatkannya. Ketika musim gugur tiba, Taro memanen padinya
yang sangat banyak.
Semakin lama Taro semakin kaya. Karena kekayaannya berawal dari sebatang jerami, ia
diberi julukan "Saudagar Jerami". Para tetangganya yang kaya datang kepada
Taro dan meminta agar putri mereka dijadikan istri oleh
Taro. Tetapi akhirnya, Taro menikah dengan seorang
gadis dari desa tempat ia dilahirkan. Istrinya bekerja
dengan rajin membantu Taro. Merekapun dikaruniai
seorang anak yang lucu. Waktu terus berjalan, tetapi Si
pemilik rumah tidak pernah kembali lagi. Dengan
demikian, Taro hidup bahagia bersama keluarganya.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Poskan Komentar


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar